Mengapa borneo parrot

Istilah "Borneo Parrot" adalah sebutan saya sendiri untuk burung paruh bengkok yang satu ini. Mungkin sebutan ini tidak adil.

Tebu, memperkaya variasi pakan betet

Burung betet di habitat alam umumnya memakan sesuatu yang mengandung nectar alias madu-maduan, seperti yang terdapat dalam beberapa jenis bunga-bungaan hutan. Juga mereka suka dengan beberapa jenis buah-buahan.

Kegagalan pertama

Mereka sering berkelahi, meski tidak sampai pada saling melukai. Mereka tidak mau bertengger berdekatan, dan kerap berebut makanan.

Ring dari batok kelapa

Bentuknya seperti angka delapan. Satu lobang lebih besar sehingga pas dipasangkan ke kaki betet.

Yiha, akhirnya dapat betet jantan!

Kali ini, betet jantan untuk beberapa hari saya taruh di kandang kecil tersendiri sampai dia terbiasa pada suasana baru. Sementara betina yang sudah lebih dulu ada, saya biarkan di kandang yang lebih besar sendirian.

Monday, May 4, 2020

Kabar Buruk untuk Pecinta Betet Ekor Panjang

Siapa sangka, betet ekor panjang (Latin: Psittacula longicauda, Inggris: long tailed parakeet) akhirnya masuk dalam daftar burung dilindungi di Indonesia. Sebelumnya, burung ini mudah dijumpai di pasar atau toko burung. Harganya pun sangat terjangkau, rata-rata di bawah 100 ribu.

Tetapi, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.20/MENLKH/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, mencantumkan betet ekor panjang atau Psittacula longicauda dalam daftar burung dilindungi. Namanya bertengger dalam daftar ke 579.    

Semua kita tahu, kalau jenis satwa sudah masuk dalam daftar dilindungi, tidaklah bebas lagi mau memeliharanya. Apalagi untuk mencoba menangkarkan.

Tentu, peraturan memungkinkan untuk mendapatkan ijin. Tapi, mudahkah? No no no. Melihat kebiasaan birokrasi yang ada, rasanya tidak mudah.

Selain proses yang pasti berliku, sepertinya tidak kecil biaya untuk mendapatkan ijinnya. Hampir luntur rasanya niat untuk melakukan ujicoba penangkaran borneo parrot ini. Entahkan bagaimana nanti.

Saat ini pun, burung cantik ini sudah tidak mudah lagi dijumpai di para penjual. Huh!

Tuesday, February 24, 2015

Yiha, Akhirnya Dapat Betet Jantan!

Ini dia Joel Si Betet Kalimantan jantan yang gagah!
Ya, akhirnya saya mendapatkan (lagi) betet Kalimantan yang jantan! Senang rasanya. Tak ingin mengulangi pengalaman sebelumnya, punya dua jantan dan mati.

Kali ini, betet jantan untuk beberapa hari saya taruh di kandang kecil tersendiri sampai dia terbiasa pada suasana baru. Sementara betina yang sudah lebih dulu ada, saya biarkan di kandang yang lebih besar sendirian.

Betet jantan ini saya beli dari seseorang pada 24 Februar 2015. Jadi, bukan dari alam liar. Artinya, betet ini sudah cukup lama terbiasa dekat dengan manusia.

Dari sellernya saya mendapat informasi, betet ini terbiasa makan jagung dan voer ayam. Saya akan terus berikan pakan ini terlebih dahulu. Setelah nantinya akan saya kembangkan variasi pakan seperti betet-betet saya sebelumnya, dengan pakan tebu, milet, pisang, pepaya, dan buah simpur sekali-sekali. (Tentang buah simpur akan saya bahas dalam posting tersendiri).

Betet ini berbadan sehat. Kakinya tidak lagi berwarna hijau muda. Tetapi sudah mulai berwarna cenderung kecokelatan, meski masih agak samar. Artinya dia sudah mulai dewasa.

Warna merah menyala di pipinya melingkar sampai ke belakang kepala. Paruh bagian atasnya juga memerah bagai udang rebus. Bagian "janggut"-nya hitam gelap, dan kepala bagian atas hijau terang. Bulu di perutnya hijau muda kekuningan.

Bulu yang sempurna! Ekornya panjang sekitar 20-an centimeter. Si jantan yang oleh anak saya dinamakan Joel ini sementara saya tempatkan di sebuah kandang kecil.

Mengapa kandang kecil? Agar mudah melakukan observasi beberapa hari ke depan. Pertama, menilai tingkat kejinakannya. Karena sudah pernah dipelihara tangan pertama, betet ini relatif tenang.

Memang sementara ini terlihat takut-takut. Tetapi tidak membuat dia terbang menabrak-nabrak dinding kandang. Ini pertanda dia memang bukan baru datang dari alam liar. Akan menjadi lebih mudah merawatnya.

Kedua, untuk kontrol pakan. Karena baru diadopsi, saya harus benar-benar mengenali jenis pakan apa yang bisa dikonsumsinya. Saya rencanakan memberikan beberapa jenis pakan sekaligus, untuk melihat yang mana yang dipilihnya: milet, jagung, dan pisang.

Esok harinya, lantai kandang bisa diperiksa untuk memantau kotorannya. Dari situ bisa dinilai, pakan apa yang disentuhnya, atau tidak disentuh sama sekali.

Ketiga, untuk meminimalisir tingkat stress. Suasana baru bisa menjadi faktor pemicu stess, apalagi jika langsung dicampur dengan betinanya. Sebelum-sebelum ini, sering saya saksikan betet saya yang langsung digabung dalam satu kandang besar, sering serang-menyerang. Akibatnya, betet yang ketakutan harus pasrah menunggu "lawan"-nya selesai makan, baru dia bisa makan juga.

Kali ini saya harus lebih hati-hati. Mudah-mudahan berhasil.